Entah disengaja atau tidak, setelah kasus “obral” remisi dan pemberian grasi mendapat kecaman dan kritikan pedas, tiba-tiba secara tak sengaja muncul “insiden perbatasan Indonesia-Malaysia”. Insiden ini tiba-tiba saja bak dewa penolong bagi pemerintah karena berhasil meredupkan kasus obral remisi dan grasi. Tapi di sisi yang berbeda, insiden ini membuat rakyat emosional hingga “nyaris” menghujat kebijakan lembek yang dipilih oleh Presiden SBY untuk meredakan insiden ini.
Meski Presiden SBY telah berpidato di Mabes TNI, insiden perbatasan itu masih tetap terasa panas. Dalam panas dan semaraknya kecaman masyarakat, beberapa hari kemudian tiba-tiba naik kepermukaan kasus rencana pembangunan gedung DPR yang bernilai 1.6 triliun rupiah. Diakui atau tidak , saya merasakan bahwa rencana pembangunan gedung DPR ini berhasil pula menurunkan ketegangan insiden Indonesia-Malaysia yang sangat terkait dengan kedaulatan negara dan harga diri bangsa. Ketika DPR semakin “terpojok” oleh kecaman-kecaman masyarakat, beberapa hari kemudian tiba-tiba Presiden SBY berbicara panjang lebar tentang kemacetan di Jakarta dan melontarkan opsi untuk memindahkan ibu kota.
Begitulah isu-isu panas yang akhir-akhir ini melanda negeriku tercinta ini. Disengaja atau tidak, rangkaian isu-isu itu tertata rapi. Dan disela-sela isu-isu itu, sempat pula bergaung isu pembubaran ormas dan penggunaan hak interpelasi. Hm, seperti bola yang “dikocek-kocek” di tengah lapangan!
Jakarta, 4 September 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar